Jumat, 06 Agustus 2010

Paper Heart

Berhubung bulan puasa, kegiatan traveling pun dihentikan sementara, dan sebagai alternatif menghabiskan waktu saya pun menonton film. Akhir-akhir ini jarang sekali saya mendapatkan rekomendasi film yang berkualitas, namun setelah browsing dan mencoba-coba download sana-sini, akhirnya saya menemukan filam yang cukup bagus, baik secara konsep maupun secara alur cerita. Film tersebut adalah Paper Heart. Dari cover tersebut, tampak seperti film Korea yang mengisahkan tentang seorang gadis yang “tidak cantik” dan geek jatuh cinta kepada seorang pemuda tampan nan “cool”. Tapi ternyata jalan cerita film ini tidak sepicik itu.

Paper Heart merupakan sebuah film semi-dokumenter yang jujur saja sampai sekarang saya masih tidak mengerti apakah itu murni film dokumenter atau hanyalah cerita fiksi. Cerita di film ini mengisahkan tentang seorang atcress-comedian-singer-songwriter keturunan multi-etnis Amerika, Charlyne Yi yang mengaku tidak percaya bahwa “cinta” itu ada. Untuk itu dia bersama seorang produser mencoba membuat film dokumenter untuk mencari tahu pendapat orang-orang tentang apa itu “cinta”.

Semua orang yang ia temui di jalan, di taman, di tempat hiburan, di pemukiman masing-masing memberikan definisinya sendiri tentang apa itu “cinta”. Ia juga melakukan beberapa sesi wawancara khusus dengan beberapa orang yang memiliki pengalaman signifikan berhubungan dengan “cinta”, seperti seorang duda yang masih selalu memikirkan istrinya yang telah meninggal, dua orang pegawai pengadilan yang saling jatuh cinta yang kemudian menceraikan pasangannya masing-masing, sampai ke cerita bahagianya seorang penyelenggara pernikahan instan di Las Vegas yang setiap hari melihat orang-orang bahagia akan pernikahan instannya. Di tengah perjalanannya, Charlyne bertemu seorang pemuda pendiam yang bernama Michael Cera. Ternyata mereka berdua saling menyukai, dan pendapat Charlyne yang tidak percaya tentang “cinta” pun sepertinya terpatahkan namun ia tetap berusaha menyangkalnya.

Charlyne pun semakin dekat dengan Cera dan mulai banyak melakukan aktivitas bersama sehingga rencana untuk melanjutkan film dokumenter menjadi terbengkalai. Namun sang produser mempunyai ide bahwa kisah antara Charlyne dan Cera justru malah membuat film dokumenternya makin menarik sehingga sang produser memperbolehkan Charlyne bergaul dengan Cera tetapi dengan syarat setiap mereka bersama harus menggunakan clip-on dan kru kamera mengikuti kemana pun mereka pergi, sehingga alur cerita pun berubah menjadi tentang mereka berdua. Di awal, semuanya tampak menyenangkan dan mereka pun tidak keberatan untuk selalu diikuti kru film, tapi seiring hubungan mereka yang semakin dalam, mereka mulai membutuhkan privasi. Puncaknya ketika sang produser membutuhkan beberapa scene terakhir untuk film ini dan dia memutuskan untuk melakukan shooting di Paris “the city of love”, tapi ternyata Cera keberatan untuk terus didokumentasikan mengenai hubungannya dengan Charlyne, sedangkan Charlyne harus tetap megikuti arahan sang produser karena sudah berkomitmen untuk menyelesaikan film ini. Dan adegan di Paris pun menjadi sebuah ironi karena hanya ada Charlyne yang murung tanpa kehadiran Cera, bahkan Charlyne tampak sakit. But that’s not the end of the story.

Secara keseluruhan, film ini sangat menarik karena menyuguhkan konsep yang baru yaitu sebuah semi-dokumenter yang dicampur dengan komedi romantis, ditambah dengan skill pemeran utama yaitu Charlyne Yi yang memang multitalented, sehingga scoring dan original soundtrack film ini dibuat olehnya. Adegan favorit saya adalah ketika Charlyne mengunjungi taman bermain dan mewawancarai beberapa anak tentang pendapat mereka mengenai “cinta” yang mungkin cukup membuat Charlyne tersinggung seakan-akan menyadarkan dia tentang indahnya “cinta”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar