Jumat, 12 Desember 2014

Selalu Ada Istilah: "it's better late than never"

Kata orang, satu-satunya yang konstan di dunia ini adalah perubahan itu sendiri, premis itu pun sangat saya rasakan akhir-akhir ini terutama berkaitan dengan kegiatan tulis menulis saya. Beberapa bulan lalu saya pernah membuat tulisan tentang tekad latihan menulis. Dalam tulisan tersebut, saya berpendapat bahwa manusia itu sulit untuk konsisten dalam banyak hal tetapi juga sulit untuk melakukan perubahan. Always hard to stay the same just like how to stay make a change, atau mungkin terbalik. Tetapi bukan bahasanya yang penting melainkan pesan yang ada dalam judul album Vincent Vega tersebut.
Menurut saya, usaha untuk tetap menulis tetap perlu digalakan, seperti yang telah diutarakan sebelumnya. Hanya saja perlu cara yang lebih efektif setelah melalukan berbagai cara untuk mencapai tujuan tersebut. Kisah yang sering dijadikan referensi untuk usaha ini adalah bagaiman Thomas Alfa Edison harus melakukan percobaan lebih dari seribu kali sebelum akhirnya menemukan bola lampu. Kita juga mengenal istilah "it's better late than never". Begitu pula dengan saya, meskipun terhitung sudah uzur dalam memulai kebiasaan menulis, saya pun tak ragu untuk (terus memulai) menulis karena memang sangat besar manfaatnya baik untuk kegiatan personal maupun profesional. Berbagai cara pun telah dilakukan untuk memantik semangat menulis. Strategi saya sebelumnya adalah dengan menulis blog dalam bahasa Inggris dengan tujuan agar nanti pada saat menulis tugas akhir saya tidak terlalu kesulitan dalam melakukannya karena sudah merasa terlatih. Tetapi yang kemudian terjadi adalah tidak ada posting selain dari posting pertama tersebut. Salah satu penyebabnya mungkin adalah tulisan di blog ini berasal dari suara-suara tidak penting dari dalam kepala saya yang mungkin suara tersebut berbahasa Indonesia atau bahkan bahasa Sunda, sehingga butuh effort lebih untuk menuangkan suara dalam kepala saya tersebut kemudian menterjemahkannya dalam bahasa Inggris. Akibatnya suara-suara tersebut hanya angin lalu di kepala meskipun sebenarnya banyak hal-hal yang bisa diambil.
Untuk itu, saya bermaksud untuk mengubah strategi saya untuk menulis dalam bahasa Indonesia minimal untuk menjaga ritme saya dalam menulis, meskipun terkadang saya sendiri merasa tulisan saya di blog ini cukup aneh karena gaya bahasanya yang tidak bercorak atau beberapa orang berpendapat tidak berdasarkan genre tertentu, mungkin karena saya menyukai nove-novel bahasa Indonesia yang begitu indah dan plot yang menarik tapi di sisi lain mungkin karena saya telah terlalu lama menjadi kuli ketik surat dinas dengan bahasa yang kaku dan cenderung berbelit-belit (bukan berarti semua surat dinas itu berbelit-belit, tapi karena keterbatasan kemampuan saya yang membuat setiap surat dinas yang saya ketik menjadi berbelit-berbelit). Tapi apapun yang terjadi, saya harus tetap terus menulis demi masa depan yang lebih baik, tanpa perlu basa-basi atau hashtag apapun intinya just duit,...just do it. Wismilak....eh, wish me luck.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar